Langsung ke konten utama

Rantau? Seberapa tangguhkah kamu bertahan

Setaun telah menjalani peran sebagai anak rantau pastinya akan membuat banyak perubahan. Di tulisan kali ini, ingin berbagai pengalaman tentang masa-masa peralihan dari seorang anak sekolah menjadi anak kuliahan. Untuk yang kenal saya secara pribadi mungkin sudah tau, kampus mana yang akhirnya saya tuju untuk melanjutkan pendidikan saya. Sampai saat ini banyak yang bertanya kenapa akhirnya saya memutuskan untuk menjadi anak rantau padahal dulu saya besar di lingkungan yang bisa dikatakan maju.

Hampir setaun saya menetap di kota Ambon, yap salah satu kota yang letaknya di timur Indonesia. Banyak pertanyaan dari teman-teman, keluarga, bahkan diri saya sendiri masih bertanya kenapa harus kuliah di Ambon? Padahal nilai saya gak buruk-buruk amat buat bisa masuk di daerah asal saya di Pulau Jawa. Pertanyaan lainnya yang selalu muncul yaitu emangnya disana ada keluarga?

Di tulisan kali ini saya akan cerita tentang bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk hidup di daerah yang tidak ada sanak saudara dan kenalan sama sekali.

Semua ini bermula dengan hasil SNMPTN tahun 2017 tepat setaun yang lalu. Pada halaman pengumuman tertera warna hijau yang artinya lolos. Dan disitulah nama universitas saya muncul, yap Universitas Pattimura. Meskipun bukan lolos di pilihan pertama (udah ikhlas kok) saya sangat bimbang untuk lanjut atau melepaskannya dan mencoba daftar PTN di jawa aja lewat jalur tes. Namun karena semangat belajar waktu itu lagi berada di titik terendah yang artinya belum siap sama sekali untuk tes dan orangtua yang kebetulan juga sedang merantau di pulau tertimur, akhirnya saya putuskan untuk lanjut saja di Ambon ini. Sebenarnya ada cadangan daftar di PTK juga tapi dihempas sama kesehatan yaudahlah.

Pertama kali yang terlintas di pikiran tentang kota ini adalah bahasanya. Sebenarnya ada kaka tingkat SMA yang kuliah di sini meskipun gak dekat akhirnya curhat lah. Pas datang kesini gak benar-benar sendiri sih, ada ibu yang datang nemenin. Meskipun di awal lengket banget sama ibu sangking takutnya ngomong, akhirnya pas di tinggal mulailah ngumpulin kekuatan buat berani ngomong sama orang lain. Emang susah ya bahasanya? Awal-awal pasti pakai bahasa Indonesia, terkadang ada teman juga yang ngajak ngomong bahasa Jawa meskipun aksennya malah maksa. Tapi sampai saat ini sudah belajar banyak tentang bahasa di sini meskipun logatnya berasa Jawa hahaha.

Karena di sini tinggalnya benar-benar ngekos sebatang kara, mulailah ngebiasaan kegiatan sehari-hari sendiri. Meskipun sampai saat ini gak pernah bisa pakai kompor minyak (sumpah masih takut), masalah makanan paling cuma beli meskipun jatuhnya harus nguras kantong. Perbedaannya makan di sini di banding di Jawa pasti menunya bedalah. Kalau di Jawa sering banget makan tahu, tempe, daging, ayam, ikanpun paling bandeng, kalau di sini lebih sering makan ikan. Eh indomie sih tetap nomor satu hahahah.

Perbedaan mencolok lainnya yaitu transportasi, kalau dulu paling enak keluar tinggal bawa motor aja meskipun gasampai sekilo, di sini semua dilalui dengan jalan kaki dan naik angkot ke sana-kemari. Tenang, angkot di sini ada di berbagai tempat jadi bakal gampang kalau mau kemana-mana.

Lalu, susah nggak cari temannya? Nyari teman mah dimana aja pasti susah kalau kamu cuma diam aja. Cara ngatasin masalah ginian mah aktif aja dan tetap baik, saling tolong menolong aja pasti ntar gampang cari teman. Alhamdulillah teman-temanku mau menangani kerepotanku wkwkwk. Ibuku pernah berkata "Nggak papa beda sendiri (mutusin tempat untuk tinggal), justru nanti kenalannya makin banyak" dan sekarang terasa.

Intinya untuk kalian yang masih berpikir untuk ngerantau sedikit saran dari aku, cobalah dan nikmati maka kalian akan merasakan perbedaan yang bermakna dalam hidup kalian. Untuk kalian yang juga jadi anak rantau mari kita bertahan sehingga membawa pulang prestasi untuk keluarga kita.

Tulisan kali ini mungkin segini aja, susah-senangnya masa kuliah mungkin bakal ada di tulisan selanjutnya. Thank you yang mau baca tulisan curhat ini hehehe.

Komentar

  1. Waaah kak sofiaaa hebaaat, aku mau juga dong jadi anak rantau :v btw temen² ka sofi banyak yah disana? Aku suka tuh yg namanya aulia :v
    Kirimin salam yah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katanya INTP itu Si Pemikir

Kali ini, saya akan menulis tentang kepribadian berdasarkan Myr Briggs Type Indicator atau biasa disebut MBTI. Pertama tau tes ini gegara stalking di salah satu ask.fm cowok yang saya jadikan kriteria cowok idaman. Setelah coba di tes di situs berbahasa Indonesia hasil yang didapatkan adalah kepribadian INTP. Karena masih ragu, saya coba lagi di situs 16personalities.com saran dari shilla, dan hasil yang didapatkan TETAP INTP. Bagaimanakah kepribadian INTP itu? INTP adalah singkatan dari Introvert, Intuiting, Thinking, Perceiving. I- Introvert N-iNtuiting T-Thinking P-Perceiving Jadi berdasarkan beberapa sumber yang telah saya baca orang dengan kepribadian INTP adalah seorang pemikir dan juga seorang perancang. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan orang berkepribadian INTP : Kelebihan : ·          Dominan sebagai seorang analis dan pemikir abstrak. Kepribadian INTP memerhatikan konteks/pola besar. Mereka juga memiliki kemampuan yang mengesankan untuk melomp

Hello

Find Me Facebook : Shofia Nur Inayah Twitter : @shofiainyh Instagram : @shofiainyh Line : shofiainyh Ask.FM : ShofiaInayah Google++ : Shofia Nur Inayah